-->
Selamat Datang. Terima Kasih Sudah Berkunjung

RESENSI BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN (PENULIS : MUHAMMAD ANWAR)


RESENSI BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN
TULISAN MUHAMMAD ANWAR

A.   PENDAHULUAN
Filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana, berarti harus berusaha mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakikat adanya sesuatu, cirri-ciri, kegunaan, masalah-masalah, dan sekaligus pemecahannya (Siagian, 1981). Oleh karena itu filsafat tidak bisa terlepas dari perkembangan manusia. Sehingga, dengan filsafat manusia bisa menjadi pribadi yang bijaksana.
Dengan menggunakan akal dan pikirannya manusia bisa berkembang dari masa ke masa. Atau dengan kata lain bahwa filsafat ialah upaya manusia dengan menggunakan akal dan pikirannya untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal, integral, dan sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia. Sehingga, dapat menghasilkan pengetahuan tentang hakikatnya yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan yang diinginkan (Anwar, 2015). Oleh karena itu, seorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir secara sadar dan bertanggungjawab, dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri. Kemudian pertanggungjawaban yang lainnya, diantaranya terhadap pengetahuan.
Filsafat sering dikatakan sebagai ilmu tertua yang menjadi induk ilmu penngetahuan lain (Brubacher, 1997). Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral. Ini disebabkan karena, filsafat pada awalnya merupakan satu-satunya usaha manusia untuk mencapai kebenaran pengetahuan. Tetapi, dalam perkembangannya manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau segala sesuatu dari pengertian yang umum, melainkan juga ingin mengetahui hal-hal yang bersifat khusus, salah satunya yaitu pendidikan. Sehingga dalam kaitannya dengan pendidikan, filsafat memiliki peranan penting dalam perkembangan pendidikan dari masa ke masa, sampai dengan sekarang ini.
Dalam perkembangannya tersebut filsafat pendidikan sangatlah berpengaruh dalam perkembangan peradaban manusia. Karena dengan pendidikan manusia akan memiliki pengetahuan yang lebih terstruktur, sehingga dengan pengetahuan tersebut manusia akan mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya untuk digunakan dalam kepentingan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B.   SUMMARY BUKU
Pada bab 1, buku ini membahas tentang pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Pengertian filsafat mengandung arti kebijaksanaan, yaitu : (1) Keradikalan sejajar dengan dasar atau dengan kata lain masa lalu. (2) Keuniversalan sesuai dengan kenyataan atau dengan kata lain masa sekarang. Dan (3) Kesistematisan sesuai dan selaras dengan tujuan atau dengan kata lain masa sekarang.
Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum dan khusus bagi ilmu pengetahuan. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu sifat-sifat ilmu dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu, kalau memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya, tidak mungkin setiap ilmu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan, dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan filsafat.

Pada bab 2, buku ini membahas tentang pengertian pendidikan dan filsafat pendidikan serta penerapannya. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun sebagai warga negara atau warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih bahan materi, strategi kegiatan, dan teknik penilaian. Kegiatan tersebut dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, berupa pendidikan formal, inormal dan nonformal.
Filsafat pendidikan lahir dan menjadi bagian dan rumpun konsep ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif. Merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah, norma, atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus untuk menentukan tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan dan penghidupannya. Filsafat pendidikan juga lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis. Artinya bahwa tugas pendidikan sebagai aspek kebudayaan mempunyai tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup. Selain itu, untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai tingkah laku kepada subjek didik, yang bersumber dari filsafat dan/atau orangtua. Pelaksanaan pendidikan tersebut juga merangkum antara teori pengetahuan dan filsafat yang terkandung dalam pelajaran yang diberikan. Filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap masalah pendidikan atau filsafat yang diterapkan dalam suatu usaha pemikiran mengenai masalah pendidikan. Sebagai ilmu yang menjadi jawaban terhadap masalah-masalah dalam bidang pendidikan, maka filsafat pendidikan dalam kegiatannya secara normatif berfungsi : (1) Merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan, konsep hakikat pendidikan dan hakikat manusia, dan isi moral pendidikan. (2) Merumuskan teori, bentuk, dan sistem pendidikan, yang meliputi kepemimpinan, politik pendidikan, pola-pola akulturasi, dan peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara. (3) Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, filsafat pendidikan, teori pendidikan, dan kebudayaan.
Untuk memahami peranan, fungsi, dan tugas filsafat pendidikan, maka terlebih dahulu harus diketahui peranan filsafat dan pendidikan, serta hubungan antara keduanya. Filsafat menetapkan ide-ide dan idealismenya, sedangkan pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk merealisasikan ide-ide itu menjadi kenyataan dalam tindakan, tingkah laku pembinaan kepribadian. Peranan filsafat pendidikan semakin jelas sebagai jiwa, pedoman, dan pendorong adanya pendidikan. Dalam memecahkan masalah pendidikan, filsafat pendidikan tidak dapat lepas dari displin ilmu filsafat yaitu, metafisika atau teori tentang realitas, epistemologi atau teori tentang ilmu pengetahuan, dan etika atau teori tentang nilai. Jika dihubungkan dengan ketiga disiplin ilmu tersebut maka filsafat pendidikan menurut Kil-patrick mempunyai tugas pokok, yaitu : (1) Memberikan kritik terhadap asumsi yang dipegangi oleh pendidik. (2) Membantu memperjelas tujuan pendidikan. (3) Melakukan evaluasi secara kritis, tentang berbagai metode-metode pendidikan yang dipergunakan  untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan yang telah dipilih.

Pada bab 3, buku ini membahas tentang masalah pokok filsafat dan pendidikan. Filsafat sebagai ilmu yang mengadakan tinjauan dan mempelajari objeknya dari sudut hakikat, juga mengadakan tinjauan dari segi sistematik. Artinya, tinjauan dengan memperoleh pandangan mengenai masalah-masalahnya yang utama dan penyelidikannya yang saling berhubungan. Dalam tinjauan dari segi sistematik ini filsafat berhadapan dengan tiga masalah utama, yaitu realitas, pengetahuan, dan nilai. Masalah-masalah filsafat tersebut juga merupakan masalah esensial dari pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan dalam pengembangan konsep-konsepnya, antara lain, dapat menggunakannya sebagai dasar hasil-hasil yang dicapai oleh cabang-cabang di atas. Misalnya, dalam menyelidiki dan mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan diperlukan pendirian tentang pandangan, dunia yang bagaimanakah tempat kita hidup. Jika sampai kepada persoalan ini, berarti pendidikan masuk dalam lingkungan metafisika. Sedangkan, epistemologi diperlukan, antara lain dalam hubungannya dengan penyusunan dasar-dasar kurikulum. Karena kurikulum diumpamakan sebagai jalan raya yang harus dilewati oleh siswa dalam usahanya untuk memahami pengetahuan. Selanjutnya, aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajarai nilai-nilai dan dunia nilai, menjadi penentu dan dasar tujuan pendidikan.
Pada bab 4, buku ini membahas tentang proses hidup sebagai dasar filsafat pendidikan. Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, sampai kehidupan seperti sekarang ini. Di dalam kehidupan manusia yang sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal. Dalam hati mereka, mungkin juga timbul pertanyaan tentang diri sendiri dan arti hidupnya. Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan pertanyaan seperti itu, dan mencarikan jawabannya secara filosofis pula. Dan inilah yang merupakan inti permasalahan filsafat yang meliputi umat manusia di jagad raya ini, sejak zaman purba hingga pada abad cyber-netica sekarang ini, yang berkembang dalam otak dan pikiran manusia. Proses pemikiran manusia seperti ini dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau dasar filsafat pendidikan. Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul yang mengadakan perenungan, pemikiran, dan penganalisisan terhadap masalah hidup dan kehidupan, dan alam semesta. Yang kemudian melahirkan beberapa aliran filsafat, sofiesme, filsafat klasik yang kemudian memberikan pengaruh di dalam pendidikan, yang dimulai oleh filsafat klasik dipelopori oleh Socrates, dan diikuti oleh murid-muridnya Plato yang melahirkan filsafat idealisme dan Aristoteles yang melahirkan filsafat realisme.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang lahir kemudian, seperti progresivisme, essentialisme, eksistensialisme, eksperimentalisme, perrennialisme, rekonstruksionalisme, dan lain-lain masih berlandaskan kepada filsafat idealisme dan realisme. Hampir semua aliran filsafat ini membicarakan masalah pendidikan. Teori untuk pelaksanaan pendidikan, sesuai dengan paham dan pandangan yang mereka anut untuk membentuk dan membina, serta mengembangkan akal pikiran anak didik menuju kemajuan dan kebahagiaan mereka di kemudian hari.

Pada bab 5, buku ini membahas tentang tujuan hidup dan tujuan pendidikan. Tujuan hidup manusia berkembang dari masa ke masa. Mulai dari zaman purba sampai zaman modern seperti sekarang ini. Pada zaman purba tujuan manusia tidak lebih dari hanya untuk mengisi perut, melindungi dirinya dan keluarganya dari serangan binatang buas, marabahaya, dan lain sebagainya. Namun, seiring perubahan zaman sampai manusia berada pada zaman modern ini dan juga kebutuhan manusia mulai meningkat dan jumlah variasinya bertambah banyak, maka tujuan hidup manusia semakin jelas. Yaitu untuk mencari kepuasan, kemakmuran, dan kebahagiaan hidup, baik dari diri sendiri maupun untuk keluarga dan masyarakat di sekitarnya, baik lahiriah maunpun rohaniahnya. Kemudian yang menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia terkandung dalam jiwa Pancasila. Yaitu, manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari proses yang diharapkan untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini ditentuan oleh tujuan-tujuan akhir. Pada umumya, esensi ditentukan oleh masyarakat, yang dirumuskan secara singkat dan padat, seperti kematangan dan integritas atau kesempurnaan pribadi, dan terbentuknya kepribadian Muslim. Integritas atau kesempurnaan pribadi meliputi integritas jasmaniah, intelektual, emosional dan etis, dan individu ke dalam diri manusia paripurna, merupakan cita-cita pedagogi atau dunia cita-cita yang kita temukan sepanjang sejarah, pada hamper semua Negara, baik oleh para filsuf atau moralis. Yaitu di antara para ahli pendidikan yang telah banyak membantu dalam memberikan inspirasu terhadap bermacam-macam usaha pendidikan yang dianggap mulia pada segala zaman. Dengan demikain tujuan pendidikan selalu terpaut pada zamannya, dengan kata lain rumusan tujuan pendidikan yang dapat dibaca unsur filsafat dan kebudayaan suatu bangsa yang dominan. Sebagai contoh tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyebutkan : Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Selain itu tujuan pendidikan bangsa Indonesia juga disebutkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, TAP MPRS No III/MPR/1988, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku inovatif dan kreatif. Dengan demikian, pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Sehingga dalam pengertian sederhana, dapat dipahami bahwa pendidikan selalu membawa perubahan baik, cepat atau lambat, terbuka dan terpendam. Perubahan juga membawa pada kebutuhan yan makin banyak dan beragam. Sehingga mungkin benar, kalau ada yang mengatakan bahwa pendidikan mencetuskan harapan, karena harapan itu sendiri terletak pada pendidikan.

Pada bab 6, buku ini membahas tentang fungsi pendidikan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk biologis. Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia, terlebih dalam zaman modern sekarang ini, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang lain. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan baik di dalam maupun di luar lembaga formal. Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat memengaruhi perkembangan kepribadian manusia. Untuk memperoleh hakikat diri yang makin bertambah sebagai hasil pengalaman berturut-turut sepanjang kehidupan manusia. Pendidikan melaksanakan fungsi seluruh aspek kebutuhan hidup untuk mewujudkan potensi manusia sebagai aktualitas. Sehingga, mampu menjawab tantangan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia dalam dinamika hidup dan perubahan yang terjadi pada masa-masa yang akan datang.
Pendidikan berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi manusia yang utuh, yang merupakan aspek-aspek kepribadian termasuk di dalamnya aspek individualitas, moralitas, seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani dan antara duniawi serta ukhrawi. Pendidikan memberikan sumbangan kepada nasib manusia dan masyarakat dan semua tahap perkembangannya dan tidak pernah berhenti berkembang, untuk mendukung cita-cita kemuliaan manusia. Dari sudut pandangan kebutuhan biologis, fisiologis, dan naluriah, telah dibuktikan oleh peran yang dimainkan pendidikan dalam kelangsungan hidup manusia. Sejak zaman prasejarah, umat manusia dalam proses penyesuaian diri mereka terhadap berbagai cara hidup, mengatur hidup, dan menciptakan masyarakatnya untuk usaha bersama yang dimulai dari satuan keluarga dan suku primitive, kemudian terus maju dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dengan pendidikan, manusia mempelajari dan menyelidiki, serta menyatakan keinginan dan cita-citanya untuk memenuhi kebutuhan sebagai bekal hidup di hari depan.

Pada bab 7, buku ini membahas tentang demokrasi pendidikan. Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang mengandung tiga hal, yaitu (1) Rasa hormat terhadap harkat sesame manusia. (2) Setiap manusia memiliki perubahan kea rah pikiran yang sehat. (3) Rela berbakti untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama. Bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga masa pembangunan dan era reformasi sekarang ini. Hal itu dapat dilihat pada UUD 1945 Pasal 31, UU RI No 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan GBHN di sector pendidikan.
Hal-hal yang tercantum dalam undang-undang dan GBHN tersebut merupakan suatu proses untuk memberikan jaminan dan kepastian adanya persamaan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi seluruh warga Negara Indonesia, terutama pada usia sekolah tertentu. Pelaksanaan demokrasi pendidikan tidak hanya terbatas pada pemberian kesempatan belajar, tetapi juga mencukupi fasilitas pendidikan sesuai jenis dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap berorientasi kepada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan atau keserasian antara pendidikan dengan lapangan kerja yang tersedia. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat akan mungkin menyelenggarakan pendidikan melalui lembaga-lembaga sosial dan keagamaan. Caranya dengan mengikuti petunjuk arah dan pedoman yang telah dibuat dan disepakati sebagai standar dalam keseragaman pelaksanaan pendidikan.

Pada bab 8, buku ini membahas tentang aliran-aliran filsafat pendidikan. Ada empat aliran filsafat pendidikan yaitu progresivisme, esensialisme, perennialisme, dan rekonstruksionisme. Aliran pendidikan progresivisme selalu menekankan pada tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan sikap mental, baik dalam pemecahan masalah maupun kepercayaan diri peserta didik. Aliran pendidikan esensialisme bertujuan untuk membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya ditetapkan berdasarkan kepentingan efektivitas pembinaan kepribadian yang mencakup ilmu pengetahuan yang harus dikuasai dalam kehidupan dan mampu menggerakkan keinginan manusia. Aliran pendidikan perennialisme memiliki esensi kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya manusia dengan gejalan yang terus ada dan sama. Aliran pendidikan rekonstruksionalisme berusaha membina suatu konsesus yang paling lua dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan itu aliran ini berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tataran baru seluruh lingkungannya.

C.   HASIL RESENSI BUKU
Buku ini merupakan buku yang termasuk kategori bagus karena di dalamnya dibahas tentang filsafat secara umum, kemudian filsafat pendidikan secara khusus. Dalam buku ini, membahas tentang bagaimana pelaksanaan filsafat pendidikan dari masa ke masa hingga sampai pada masa sekarang ini, sehingga pendidikan bisa menjadi dasar atas terlaksananya kebijakan pada bidang-bidang yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan bidang-bidang yang lain. Dan yang terpenting adalah, buku ini juga membahas bagaimana pelaksanaan filsafat pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan menjadi sentral dalam pembangunan nasional di Indonesia. Pembahasan dalam buku ini memiliki urutan yang baik, karena dimulai dengan pembahasan tentang filsafat kemudian mengkhususkan pada filsafat pendidikan. Baik itu fungsi, peranan maupun aliran-aliran dalam filsafat pendidikan. Kemudian dalam hal pemahaman, buku ini memberikan pemahaman kepada pembaca. Karena dalam pembahasannya tentang filsafat pendidikan, menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan yang bersifat tradisional dan pendekatan yang bersifat kritis. Dalam pembahasannya, pendekatan yang bersifat tradisional digunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya. Sedangkan pendekatan yang bersifat kritis digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan pada masa sekarang ini.
Buku ini mengkaji topik materi tentang hal-hal : (1) Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. (2) Pengertian pendidikan dan filsafat pendidikan serta peranannya. (3) Masalah pokok filsafat dan pendidikan. (4) Proses hidup sebagai dasar filsafat pendidikan. (5) Tujuan hidup dan tujuan pendidikan. (6) Fungsi pendidikan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk biologis. (7) Demokrasi pendidikan. (8) Aliran dalam filsafat pendidikan.
Pada intinya buku ini mengkaji perihal filsafat pendidikan yang lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis. Ini mengandung arti bahwa pendidikan sebagai aspek kebudayaan mempunyai tugas, antara lain menyalurkan nilai-nilai hidup, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada peserta didik yang bersumber dari filsafat dan kearifan orangtua keluarga. Pelaksanaan pendidikan tersebut juga merangkum antara teori pengetahuan dan filsafat yang terkandung di dalam pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Oleh karena itu dalam melaksanakan pendidikan, haruslah disesuaikan dengan kondisi alam, kebudayaan, dan adat istiadat suatu tempat atau negara. Sehingga tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan optimal tanpa ada hambatan-hambatan yang dapat menggagalkan suatu sistem pendidikan.
Kelebihan-kelebihan yang terkandung dalam buku ini adalah pembahasan dimulai dengan teori-teori, kemudian dari teori-teori tersebut penulis menarik kesimpulan yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu buku ini juga membahas teori-teori yang dapat membawa pembaca menyimpulkan teorinya sendiri tentang pembahasan dalam setiap bab buku ini.

D.   KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap masalah pendidikan atau filsafat yang diterapkan dalam suatu usaha pemikiran mengenai masalah pendidikan.
2.    Filsafat pendidikan lahir dan menjadi bagian dan rumpun konsep ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif. Merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah, norma, atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus untuk menentukan tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.
3.    Filsafat pendidikan juga lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis. Artinya bahwa tugas pendidikan sebagai aspek kebudayaan mempunyai tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup. Selain itu, untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai tingkah laku kepada subjek didik, yang bersumber dari filsafat dan/atau orangtua. Pelaksanaan pendidikan tersebut juga merangkum antara teori pengetahuan dan filsafat yang terkandung dalam pelajaran yang diberikan. 

REFERENSI
Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia Grup.
Brubacher, John S. 1997. Modern Philosophie of Education. New Delhi : Tata McGraw-Hill Piblishing Company.,ltd.
Siagian, Sondang P. 1981. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.

Risal Mantofani Arpin
Saya orangnya pemalu. Tapi asyik kok.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter